In Your Dream,, you can Imagine anything.. :)

Apapun yang ada dalam benakmu, Tuangkanlah melalui tulisan.. Menulislah selagi ide-ide itu mengalir..

Saturday 3 March 2012

Observation of Student with Special Need

STUDENT WITH SPECIAL NEED

SLB-BC DHARMA WANITA




Karya Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan



Dosen Pengampu

Nida Nadia, S.Psi.Psi

LOGO

















Disusun Oleh :


Nama : Yanah Nurhasanah

NIM : 2010041231

Kelas : 2 E

Semester : III




PROGRAM STUDI S-1 ENGLISH DEPARTMENT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KUNINGAN

Kampus 2 Jalan Pramuka No. 67 Kuningan 45512

Telp/Fax (0232) 871982

2012


LEMBAR PENGESAHAN




Judul Karya Ilmiah:

Student with Special Need SLB-BC Dharma Wanita




Peneliti


Nama : Yanah Nurhasanah

NIM : 2010041231

Kelas : 2 E

Semester : III





Kuningan, 30 Januari 2012




Penulis






Yanah Nurhasanah

NIM. 2010041231








Mengesahkan,

Kepala SLB-BC DHARMA WANITA






Juaningsih, S.Pd.

NIP. 19661209 198903 2 004


Dosen Pembimbing







Nida Nadia, S.Psi.Psi.

NIP.


SEKOLAH LUAR BIASA-BC
DHARMA WANITA
Alamat : Jalan Raya Jalaksana No. 168 Desa Jalaksana
Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan 45554

Kuningan, 30 Januari 2012
SURAT PERNYATAAN
Dengan hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini, saya Kepala SLB-BC JALAKSANA menyatakan bahwa :
Nama : YANAH NURHASANAH
NIM : 2010041231
Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris (S1)
Telah melakukan observasi di sekolah kami pada hari Sabtu dan Senin, tanggal 28 dan 30 Januari 2012.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat, untuk digunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Kepala SLB-BC DHARMA WANITA
Juaningsih, S.Pd.
NIP. 19661209 198903 2 004

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Student with Special Need SLB-BC Dharma Wanita ini dengan baik.
Penulisan Karya Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan semester III Program S-1 Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNIKU Kampus II Kuningan. Penulisan Karya Ilmiah ini dapat dilaksanakan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Juaningsih, S.Pd., selaku Kepala SLB_BC DHARMA WANITA Kuningan;
2. Ibu Nida Nadia, S.Psi,Psi. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Pendidikan;
3. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini pada masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Kuningan, 30 Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
SURAT KETERANGAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 3
BAB III ....................................................................................................... HASIL PENELITIAN 8
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ .... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14
LAMPIRAN ........................................................................................................ 15


BAB I
PENDAHULUAN
Sekolah Luar Biasa–BC Dharma Wanita Kuningan merupakan salah satu jenis Sekolah Ekslusif yang berada di Kuningan. Sekolah homogen yang menerima anak-anak berkebutuhan khusus terutama bagi penyandang tunarungu (Tipe B) dan tunagrahita (Tipe C). Namun, seiring dengan kebutuhan dan eksistensinya, sekolah ini juga menerima anak-anak berkebutuhan khusus lain seperti tunadaksa (D), tunalaras (E) dan autis. Tim pendidik dituntut untuk bisa mengatasi setiap anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini membutuhkan perhatian, kasih sayang, dan pendidikan layaknya anak-anak normal lain. Mereka bisa merawat dirinya sendiri jika dididik melalui pendekatan secara intern dan tahap demi tahap. Kita tidak bisa hanya menutup mata melihat anak-anak berkebutuhan khusus ini. Walaupun memiliki kekurangan, mereka juga membutuhkan pendidikan setidaknya untuk kehidupan mereka sendiri agar mereka mampu melakukan semua kebutuhan mereka tanpa bantuan orang lain. Karena walaubagaimanapun mereka tidak akan selamanya berada disamping orangtua dan keluarganya.
Penulis mengambil tema “Student with Special Need” ini semata-mata karena penulis ingin mengetahui secara langsung anak berkebutuhan khusus yang selama ini penulis hanya mempelajari secara teori saja. Selain itu, penulis juga tergugah untuk mengenal mereka lebih dekat. Oleh karena itu, pada hari Sabtu dan Senin tanggal 28 dan 30 Januari 2012, Penulis telah melakukan observasi di SLB-BC Dharma Wanita untuk mencari tahu semua hal tentang anak berkebutuhan khusus.
Dari penjelasan latar belakang diatas dapat di ambil suatu pokok masalah,yaitu sebagai berikut :
  1. Siapa saja Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan?
  2. Bagaimana Proses Kegiatan Belajar Mengajar di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan?
  3. Apa saja hambatan-hambatan Anak Berkebutuhan Khusus selama Proses Kegiatan Belajar Mengajar berlangsung?
  4. Apa saja Layanan Keterampilan yang diterapkan di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan?
  5. Bagaimana sikap guru SLB-BC Dharma Wanita Kuningan dalam menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus?
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui siapa saja Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan
  2. Untuk mengetahui bagaimana proses berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan
  3. Untuk mengetahui Hambatan-hambatan Anak Berkebutuhan Khusus selama Proses Kegiatan Belajar Mengajar Berlangsung
  4. Untuk mengetahui layanan keterampilan apa saja yang diterapkan di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan
  5. Untuk mengetahui bagaimana sikap guru SLB-BC Dharma Wanita Kuningan dalam menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus
BAB II
LANDASAN TEORI
Siapa saja Anak Berkebutuhan Khusus itu?
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Anak-anak yang menderita low vision punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 apabila dibantu dengan lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak yang “buta secara edukasional” (educationally blind) tidak bisa menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Anak jenis ini dilahirkan telah dalam keadaan buta dan sepertiganya mengalami kebutaan pada tahun awal-awal kehidupan mereka. Banyak anak buta ini punya kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Namun, multiple disabilities sering sekali bukan hal aneh dalam diri murid yang tergolong educationally blind. Murid yang menderita bermacam-macam ketidakmampuan iniseringkali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.
Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
  • Gangguan Pendengaran Sangat Ringan (27-40dB)
  • Gangguan Pendengaran Ringan (41-55dB)
  • Gangguan Pendengaran Sedang (56-70dB)
  • Gangguan Pendengaran Berat (71-90dB)
  • Gangguan Pendengaran ektrim/tuli (diatas 91dB)
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. Saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Banyak anak yang memiliki masalah pendengaran mendapatkan pengajaran tambahan diluar kelas regular. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori :
Pendekatan oral dan manual dipakai bersama-sama untuk mengajar murid yang mengalami gangguan pendengaran.
Bekerja dengan anak yang menderita gangguan pendengaran

Tunagrahita (Retardasi mental)
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
  • Tunagrahita ringan (IQ: 55-70)
  • tunagrahita sedang (IQ: 40-54)
  • Tunagrahita Berat (IQ: 25-39)
  • tunagrahita Parah (IQ: dibawah 25)
Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Gangguan fisik anak antara lain gangguan ortopedik, seperti gangguan karena cedera di otak (cerebral palsy), dan gangguan kejang-kejang (seizure). Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, sendi, atau tulang. Sedangkan cerebral palsy adalah gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas. Penyebab umum dari cerebral palsy adalah kekurangan oksigen saat kelahiran.
Gangguan kejang-kejang biasanya epilepsy, yaitu gangguan syaraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang. Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah, dan pelayanan psikologi khusus.
Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal (seperti factor genetic atau penyakit) dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar (seperti broken home, teman bergaul, dll). Gangguan perilaku dan emosional terdiri dari problem serius dan terus-menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosio-emosional.
Gangguan Bicara dan Bahasa
Artikulasi anak usia 6 atau 7 tahun tidak selalu bebas dari kesalahan, tetapi semestinya pada usia 8 tahun mereka sudah tidak salah lagi.
Kesulitan Belajar (learning disability)
Adalah individu yang memiliki gangguan pada :
Tipe-tipe kesulitan belajar :
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD merupakan bentuk ketidakmampuan dimana anak secara konsisten menunjukan ciri-ciri :

BAB III
HASIL PENELITIAN
Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan
Berdasarkan hasil observasi di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan, ada beberapa karakter anak yang ada, antara lain tunarungu (tunawicara_Bagian B), tunagrahita (IQ dibawah rata-rata_Bagian C), tunadaksa (gangguan gerak_Bagian D), dan autis (auto : sendiri).
Jumlah siswa SLB-BC Dharma Wanita sebanyak 85 siswa. Dengan jumlah masing – masing keterbatasan terlampir. Tingkatan pendidikan di sekolah ini mulai dari TKLB 1 dan 2, SDLB 1-6, SMPLB 1-3, dan SMLB 1-3.
Menurut penuturan salah satu guru menyebutkan bahwa tunagrahita dibagi kedalam 3 jenis, yaitu :
Namun di sekolah ini hanya ada siswa dengan mampu didik dan mampu latih saja. Ketika seorang anak diharuskan bersekolah di Sekolah Luar Biasa, seharusnya itu berdasarkan surat keterangan dari psikolog. Hal ini dikarenakan agar anak dapat diklasifikasikan sesuai jenis ketidakmampuannya tersebut. Namun, persepsi masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus seolah-olah anak tersebut hanya layak bersekolah di Sekolah Luar Biasa. Oleh karena itu, guru di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan dituntut untuk bisa mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus tersebut.
Proses Kegiatan Belajar Mengajar di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan
Lamanya belajar di SLB-BC Dharma Wanita ialah :
Proses Kegiatan Belajar Mengajar berlangsung sangat nyaman dan tertib. Walaupun dengan segala keterbatasannya, siswa cenderung mudah dikondisikan dan sangat antusias dalam menerima informasi yang diberikan guru.
Namun lain halnya ketika senam pagi berlangsung, ada beberapa siswa SMLB tunawicara tak jarang selalu ogah-ogahan. Mereka seringkali menghabiskan waktu senam untuk sekedar nongkrong di warung dekat sekolah. Meskipun demikian, mereka masih memiliki tanggung jawab. Seusai waktu senam berlangsung, mereka tetap mengikuti pelajaran seperti biasa.
Walaupun dengan keterbatasan, ternyata Anak Berkebutuhan Khusus pun tak jarang berulah. Anak tunarungu atau tunawicara seringkali mengobrol ketika sedang proses pembelajaran berlangsung. Tentunya dengan bahasa isyarat, yakni bahasa pecakapan mereka sehari-hari. Terkadang pula dengan bahasa isyarat mereka, mereka pun membicarakan guru dengan teman sebayanya. Hal ini tentu berdasarkan penuturan salah satu guru kepada penulis.
Hambatan-hambatan Anak Berkebutuhan Khusus selama proses Kegiatan Belajar Mengajar Berlangsung
Dengan keterbatasan Anak Berkebutuhan Khusus ini, mereka cenderung sulit untuk fokus dan berkonsentrasi dalam belajar. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bisa karena keterbatasan intellegensi yang dimiliki, sehingga mereka tidak mudah mengingat apa yang telah diinformasikan.
Selain itu, lingkungan keluarga pun sangat berpengaruh dalam proses KBM. Orangtua yang tidak bisa menerima Anak Berkebutuhan Khusus akan membuat jiwa anak tertekan. Orangtua seharusnya lebih menyayangi mereka dibandingkan dengan anak-anak normal lain, karena mereka membutuhkan kasih sayang yang lebih dalam menjalani kehidupan mereka. Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting. Harus adanya kerjasama antara orangtua dan guru agar anak bisa berkembang dengan baik. Orangtua harus mengetahui perkembangan anak, dan selalu memantau aktivitas mereka.
Disamping itu, faktor eksternal pun berpengaruh dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar. Seperti halnya adanya gangguan dari teman, sehingga fokus anak menjadi terbagi dan sulit dikendalikan. Selain itu, keterbatasan media pembelajaran pun menghambat Proses Kegiatan Belajar Mengajar. Sehingga, anak menjadi sulit mendapatkan informasi.
Anak Berkebutuhan Khusus ini lemah dalam menyimpan ingatan atau memory. Terkadang ada Anak B yang tidak ingat siapa nama guru mereka. Oleh sebab itu, untuk mengembalikan ingatannya, guru selalu memberikan isyarat-isyarat dengan tangan mengenai ciri-ciri guru tersebut. Karena tak jarang Anak mengingat guru dari karakteristik yang dimiliki oleh guru tersebut.
Layanan Keterampilan yang diterapkan di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan
Ketika anak normal disekolahkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki sehingga menjadi pribadi yang lebih unggul, namun Anak Berkebutuhan Khusus tidak bisa dipaksakan atau diberikan melebihi kemampuan yang mereka miliki. Secara akademik, Anak Berkebutuhan Khusus cenderung diberi pendidikan sesuai kebutuhan mereka. Mereka dibekali untuk bisa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Oleh karena itu, dalam rangka mengoptimalkan kemandirian peserta didik, Sekolah Luar Biasa-BC Dharma Wanita Kuningan menyediakan berbagai Layanan Keterampilan, diantaranya :
Bina Diri membantu peserta didik dalam mengoptimalkan kemandirian. Siswa dibekali pengajaran guna melatih dan membiasakan mereka mandiri. Seperti halnya kebutuhan makan, menjaga kebersihan badan mereka sendiri, dan lain-lain.
Keterampilan vokasional bertujuan agar Anak Berkebutuhan Khusus dapat menghasilkan sesuatu, walaupun dengan segala keterbatasan mereka. Sehingga mereka dapat menunjukan bahwa mereka mampu melakukan segala kebutuhan sehari-hari secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Dengan layanan keterampilan yang ada, Anak Berkebutuhan Khusus mampu berprestasi baik tingkat nasional maupun internasional. SLB-BC Dharma Wanita Kuningan sangat berprestasi terutama dalam bidang olahraga. Untuk tingkat Nasional, SLB-BC Dharma Wanita Kuningan berhasil menjuarai Lomba Renang dan Bulutangkis. Sedangkan untuk tingkat Internasional, berhasil menjuarai Lomba SOINA khusus Student with Special Need cabang renang di Thailand. Hal ini menunjukan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus pun mampu berprestasi.
Bagi anak penderita tunarungu, ada istilah yang dinamakan BPBI (Bina Persepsi Bunyi dan Irama). Sekolah Luar Biasa Dharma Wanita Kuningan menyediakan alat pengukur kehilangan pendengaran yaitu Audiometer dengan satuannya decibel (dB). Alat ini sangat membantu Anak tipe-B.
Sikap Guru SLB-BC Dharma Wanita Kuningan dalam Menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus
Guru di SLB-BC Dharma Wanita dapat dikatakan baik dalam mendidik Anak Berkebutuhan Khusus, seperti halnya menyayangi dan mendidik Anak mereka sendiri. Selain berperan sebagai guru, beliau pun bertindak sebagai orangtua yang memberikan bimbingan untuk mengarahkan ke hal-hal yang positif.
Namun, dalam observasi ini penulis temukan bahwa ada guru yang mengarahkan siswa dengan suara yang terlalu keras. Hal ini sangat bertolak belakang dengan teori yang penulis pelajari. Seperti dalam bab Landasan Teori bahwa dalam menghadapi anak tunarungu, sebagai guru kita tidak boleh berbicara terlalu pelan ataupun terlalu keras. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan teori yang ada.
Guru di SLB-BC Dharma Wanita sebanyak 14 orang. Idealnya, 1 guru membimbing 5 siswa. Namun, karena keterbatasan guru dan biaya operasional inilah akhirnya sistem pembelajaran berlangsung dengan 2 guru perkelas. Satu guru mengajar, dan yang lainnya bertugas sebagai pembimbing. Keterangan jumlah guru terlampir.
Dalam menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus, tentunya guru melakukan pendekatan. Ada dua pendekatan yang dilakukan, yaitu :
1. Pendekatan Individual
Yakni dengan cara mendekati satu per satu siswa. Hal ini tentunya tidak mudah. Anak terkadang harus di manja agar mampu melakukan sesuai apa yang diperintahkan oleh guru. Guru sangat memperhatikan kebiasaan-kebiasaan anak. Sebagai contoh, ada siswa SMPLB bernama Vivi. Dia sangat senang jika dipanggil Syahrini. Selain itu, siswa SMLB bernama Saeful, dia selalu ingin dipanggil dengan nama Saeful Jamil. Karena kedekatan antara siswa dan murid itulah, akhirnya tidak adanya gap diantara kedua belah pihak. Maka tak heran jika penulis menemui aksi bercanda antara guru dan murid.
2. Pendekatan Klasikal
Yakni pendekatan-pendekatan secara berkelompok. Artinya, guru tak jarang mendekati kelompok-kelompok anak yang tengah asyik bermain. Dengan cara inilah interaksi antara siswa dan guru berlangsung. Sebagai contoh, ketika istirahat berlangsung, guru menyediakan beberapa alat pancing mainan, ikan mainan, dan kolam buatan. Siswa TKLB dan SDLB disuruh untuk memancing. Ini tidak hanya sebuah permainan anak kecil semata.
Namun, ini merupakan salah satu alternatif guru untuk melakukan pendekatan. Selain itu, hal ini juga melatih anak untuk dapat berkonsentrasi dan sabar dalam mendapatkan ikan, juga menyuruh anak menghitung jumlah ikan yang mereka peroleh. Pelajaran yang dapat penulis peroleh ialah bahwa guru ternyata sedang mengajari anak untuk bersabar, fokus, dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita yang mereka inginkan. Dengan menghitung jumlah ikan yang diperoleh, selain karena belajar matematika juga bermakna bahwa kita tidak boleh merasa puas dengan apa yang telah kita dapatkan.
Sekolah Luar Biasa-BC Dharma Wanita Kuningan menerapkan komunikasi total dalam berkomunikasi. Komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat ( Lip Reading), dan bahasa tubuh. Anak Berkebutuhan Khusus pun diperkenalkan dan dilatih untuk berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Penulis pun pernah menguji salah satu siswa mengenai vocabulary bahasa Inggris, dan ternyata anak mampu melafalkannya dengan baik. Walaupun dari segi penulisan masih belum maksimal.
Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan menerapkan sikap kekeluargaan yang sangat harmonis dan hangat. Mereka tidak membeda-bedakan antar teman dan mudah bergaul dengan teman yang lain. Bahkan, anak tipe C seringkali berkomunikasi dengan anak tipe B menggunakan bahasa isyarat tangan. Hal ini menunjukan bahwa mereka berbaur satu sama lain.

BAB IV
PENUTUP
Dari paparan tersebut diatas, dapat penulis simpulkan bahwa anak Berkebutuhan Khusus yang ada di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan meliputi tunarungu (Bagian B), tunagrahita (Bagian C), tunadaksa (Bagian D), dan autis. Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan sangat berprestasi terutama dalam bidang olahraga. Untuk tingkat Nasional, SLB-BC Dharma Wanita Kuningan berhasil menjuarai Lomba Renang dan Bulutangkis. Sedangkan untuk tingkat Internasional, berhasil menjuarai Lomba SOINA khusus Student with Special Need cabang renang di Thailand. Hal ini menunjukan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus pun mampu berprestasi.
Sebagai manusia yang diberikan kesempurnaan, kita tidak boleh menutup mata kepada mereka yang memiliki keterbatasan. Mereka pun memiliki hak yang sama dengan kita, membutuhkan kasih sayang, perhatian, juga ingin diakui eksistensinya di lingkungan masyarakat seperti halnya manusia normal lain. Selain itu, mereka pun berhak mendapatkan hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak seperti manusia normal lainnya. Kita hendaknya memperlakukan mereka dengan tidak memandang sebelah mata, sebab tanpa mereka kita tidak bisa disebut sebagai manusia normal.
Rasa kekeluargaan Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan patut ditiru oleh kita. Kita juga harus mencontoh mereka yang tidak membeda-bedakan antar sesama. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka membutuhkan bantuan moriil dari kita. Kita harus memberikan motivasi kepada mereka dan meyakinkan mereka bahwa mereka pun mampu menjadi pribadi yang baik, dan bisa menunjukkan yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana

LAMPIRAN
Dari kiri ke kanan : Yati, Penulis (Yanah), dan Winda
Dari Kiri : Ani, Penulis, dan Winda
Depan : Sheren Natali P.L

Sabtu, 28 Januari 2012
Bergaya di waktu istirahat
Sabtu, 28 Januari 2012
Peserta Didik sedang memancing, untuk melatih konsentrasi dan kesabaran

Senin, 30 Januari 2012
Suasana Belajar di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan (Tunagrahita)
Senin, 30 Januari 2012
Suasana Belajar di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan (Tunarungu/Tunawicara)

Senin, 30 Januari 2012
Suasana Belajar di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan (Tunarungu/Tunawicara)
Sabtu, 28 Januari 2012
Siswa tengah melakukan aktivitas mingguan, Senam Pagi
Sabtu, 28 Januari 2012
Bergaya di waktu istirahat
Senin, 30 Januari 2012
Suasana Belajar di SLB-BC Dharma Wanita Kuningan (Tunarungu/Tunawicara)



No comments:

Post a Comment