Ah, lama juga kita tak
bersua.
Maaf ya,belakangan ini
rasanya sulit sekali meluangkan waktu untuk sedikit menulis..
Oke, kali ini aku ingin
ngebahas seseorang yg paling spesial untukku. Seseorang yang sangat aku cintai
dan aku banggakan. Dia ini termasuk pria yg unik, dengan tingkat intelijensi
yang bahkan jauh lebih tinggi dariku. Very superior. Jelas itu merupakan
tingkatan IQ tertinggi manusia yang begitu dielu-elukan oleh para psikolog. Ya,
dia adalah Riffa Ramadyan Halim, adik bungsu satu-satunya yang kumiliki. Dia
bahkan masih duduk dibangku TK saat menyandang gelar jenius itu. Kini, ia baru
berusia 11 tahun, tepatnya masih kelas 5 SD. Meskipun aku akui, disekolahnya ia
nyaris merupakan salahsatu siswa paling malas. Dirumah pun dia tak pernah
mempelajari buku2 sekolahnya. Tak heran ia jarang sekali masuk peringkat 10
besar dikelasnya. Terkadang aku malu jika bertemu dengan guru-gurunya yang juga
merupakan guru SD-ku itu. Ya, sekolah itu memang sekolah turun temurun dari
mulai kakakku yg pertama hingga adikku yg bungsu ini. sudah lima generasi
orangtuaku mempercayakan sekolah ini untuk mendidik putra-putrinya. Kami,
kakak2nya terkenal dengan prestasi dan kepandaiannya, hingga mampu bersekolah
disekolah negeri dan bonafit. Banyak guru2 yg mengeluhkan sikap malas adikku yg
berbeda dg kakak2nya yg terdahulu. Kadang kami malu, seolah2 kami tak pernah
mengajarinya.
Aku sempat stres
menghadapi adik laki2ku satu2nya ini. Pernah aku berkonsultasi dg dosen
psikologi mengenai adikku ini. dosenku bahkan terus memberiku motivasi untuk
melakukan yg terbaik padanya. tak hanya itu, aku bahkan pernah berkonsultasi
dengan seorang dokter, iya bahkan ternganga mendengar IQ adikku 180. Aku
mengeluhkan semua sikap2 adikku yg tak pernah belajar, tak pernah punya
ranking, dan malas ngaji. Namun aku juga menceritakan tentang ketertarikannya
terhadap dunia astronomi dan hobi membacanya yang begitu tinggi. Dokter begitu
antusias mendengar semua ceritaku. Bahkan dokter memaklumi sikap malas adikku
disekolah. Namun, ketika ia dewasa nanti, ia akan menjadi seorang yang besar.
Asal dibekali dengan keimanan yang kuat. Beliau bahkan menyarankanku untuk
terus membelikannya buku2 pengetahuan tersebut. Beliau juga memotivasi adikku
untuk terus menggali informasi dari manapun selama itu positif. Beliau
menyayangkan adikku sekolah di sekolah biasa, bukan disekolah bertaraf
internasional. Oleh karena itu, dijenjang berikutnya ia harus bisa sekolah di
sekolah bertaraf internasional bahkan hingga keluar negeri.
Tapi sejak kecil aku
sudah mengajari dia untuk gemar membaca. Sejak usia 3tahun, kami kakak2nya
sering membacakan cerita dari majalah bobo. Meskipun telah dibaca
berulang-ulang, ia selalu meminta terus menerus membacakan cerita itu hingga
tuntas. Bahkan dia hafal urutan kata demi kata dalam cerita tersebut.
Hingga saat ia telah bisa
membaca sendiri, aku sering membelikannya buku2 bacaan tentang astronomi yang
begitu ia sukai, ensiklopedi hewan dan tumbuhan, pergerakan lempeng bumi,
bagaimana menjadi ilmuan cilik, sejarah para ilmuan, hingga buku2 fisika dan
kelistrikan. Ia begitu bersemangat melahap habis isi buku2 itu. Kini ia tengah
asyik membaca buku2 fisika dan segala macam teorinya. Terkadang aku tak mampu
menjawab semua pertanyaan yag ia ajukan padaku. Malu rasanya. Jika ditanya apa
cita-citamu? Dia pasti menjawab ingin menjadi astronot dan ilmuan. Cita-cita yg
jarang diucapkan oleh seorang anak TK seusianya. Biasanya anak2 hanya menjawab
sebatas menjadi seorang dokter, guru, polisi, tak ada yg terpikir ingin menjadi
seorang ilmuan. Ia bahkan hafal nama2 ilmuan dengan hasil penemuannya.
Menginjak kelas 4, aku
mulai memutar otak untuk melatih skillnya. Aku memasukkannya ke dalam club
karate INKAI, dan ia sangat menyukainya. Ia pernah menjadi peserta kedua
terbaik di ujian kenaikan sabuk. Saat ini ia telah mengenakan sabuk biru, dan ia
mungkin telah menemui rasa bosan dan jenuh dengan aktifitas karate yang
digelutinya. Ia mencoba merambah ke dunia sepak bola dengan mengikuti klub
futsal disekolahnya. Awalnya ia sering mengeluh kelelahan, namun lama kelamaan
ia terbiasa dengan latihannya. Tak hanya itu, iapun kini terpilih masuk kedalam
club marching band disekolahnya. Ah, aku cukup bangga dengannya. Pernah ia
mengikuti lomba menulis puisi yang diadakan penerbit mizan, meskipun tak masuk
nominasi namun ini bagus untuk menambah pengalaman dan mangasah kemampuan
menulisnya. Selain itu, ia juga suka menyanyikan lagu2 barat meskipun ia tak
tahu cara penulisan dan terjemahannya, dan hanya meraba-raba pronunciationnya,
namun itu sangat baik untuk anak seusianya yang bahkan tak mengenal siapa itu
one direction, taylor swift, lenka, muse, dll.
Bakatnya memang sulit
ditebak, namun aku percaya ia memiliki multitalent yang luar biasa. Sekarang
mungkin kita belum tahu apa fokus yg paling ia sukai, namun setidaknya ia
pernah mencoba mengikuti semua kegiatan2 positif itu.
Melihat kecerdasan adikku
rasanya aku ingin segera menyelesaikan skripsiku, memakai baju toga, dan segera
mendapatkan pekerjaan. Ingin sekali aku menyekolahkannya diluar negeri. Ah,
semoga tercapai Ya Allah.
No comments:
Post a Comment